Hasil uji statistik terhadap kekuatan gel jelly drink nanas menunjukan imbangan karagenan dan konjak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang di tandai dengan huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5%
Pada tabel menunjukan pada perlakuan C (60:40) memiliki kekuatan gel yang berbeda nyata lebih besar di bandingkan dengan perlakuan A (100:0), B (80:20), D (40:60) dan E (20:80). Nilai kekuatan gel mulai mengalami kenaikan saat di tambahkan konjak kedalam formulasi jelly drink nanas, peningkatan ini terus terjadi hingga perlakuan C (60:40). Perlakuan C (60:40) mempunyai nilai kekuatan gel yang tinggi karena terjadi asosiasi secara maksimal antara glukomanan pada konjak denga karagenan. Meningkatnya nilai kekuatan gel tersebut disebabkan glukomanan pada konjak terabsorbsi pada permukaan jucntionzone karagenan yang teragregasi. Hal ini yang menyebabkan kekuatan gel karagenan yang di tambahkan konjak lebih besar dari pada gel yang hanya dihasilkan oleh karagenan saja,
Perlakuan D (40:60) kekuatan gel jelly drink nanas mengalami penurunan hal ini karena penambahan konjak lebih banyak dari pada karagenan. Sedikitnya karagenan yang ditambahkan mengakibatkan pembentukan ikatan-ikatan silang yang membentuk bangunan tiga dimensi yang kontinu rendah sehingga kekuatan gel nya rendah. Hasil ini didukung oleh pernyataan Widjanarko, bahwa kekuatan gel akan menurun seiring dengan penambahan konjak yang lebih banyak di bandingkan dengan jumlah karagenan.
Pada jelly drink nanas perlakuan E (20:80) proses pembentukan gel tidak terbentuk. Hal ini dapat disebabkan karena penambahan jumlah konjak yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah karagenan. Karagenan pada jumlah yang banyak mempunyai kemampuan untuk membentuk suatu gel, tetapi di gunakan pada jumlah yang sangat sedikit maka struktur gel tidak terditeksi dan sebagao gantinya tidak terjadi peningkatan viskositas pada sistem tersebut. Selain itu penambahan konjak yang jauh lebih besar di bandingkan dengan jumlah karagenan tidak dapat membentuk gel, karena menurut widjanarko gugus asetil pada konjak mencegah rantai panjang glukomanan untuk saling bertemu satu sama lain sehingga gel tidak dapat terbentuk.
Pengaruh Imbangan Karagenan dan Konjak Tehadap Kekuatan Gel Jelly Drink Nanas |
Pada tabel menunjukan pada perlakuan C (60:40) memiliki kekuatan gel yang berbeda nyata lebih besar di bandingkan dengan perlakuan A (100:0), B (80:20), D (40:60) dan E (20:80). Nilai kekuatan gel mulai mengalami kenaikan saat di tambahkan konjak kedalam formulasi jelly drink nanas, peningkatan ini terus terjadi hingga perlakuan C (60:40). Perlakuan C (60:40) mempunyai nilai kekuatan gel yang tinggi karena terjadi asosiasi secara maksimal antara glukomanan pada konjak denga karagenan. Meningkatnya nilai kekuatan gel tersebut disebabkan glukomanan pada konjak terabsorbsi pada permukaan jucntionzone karagenan yang teragregasi. Hal ini yang menyebabkan kekuatan gel karagenan yang di tambahkan konjak lebih besar dari pada gel yang hanya dihasilkan oleh karagenan saja,
Perlakuan D (40:60) kekuatan gel jelly drink nanas mengalami penurunan hal ini karena penambahan konjak lebih banyak dari pada karagenan. Sedikitnya karagenan yang ditambahkan mengakibatkan pembentukan ikatan-ikatan silang yang membentuk bangunan tiga dimensi yang kontinu rendah sehingga kekuatan gel nya rendah. Hasil ini didukung oleh pernyataan Widjanarko, bahwa kekuatan gel akan menurun seiring dengan penambahan konjak yang lebih banyak di bandingkan dengan jumlah karagenan.
Pada jelly drink nanas perlakuan E (20:80) proses pembentukan gel tidak terbentuk. Hal ini dapat disebabkan karena penambahan jumlah konjak yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah karagenan. Karagenan pada jumlah yang banyak mempunyai kemampuan untuk membentuk suatu gel, tetapi di gunakan pada jumlah yang sangat sedikit maka struktur gel tidak terditeksi dan sebagao gantinya tidak terjadi peningkatan viskositas pada sistem tersebut. Selain itu penambahan konjak yang jauh lebih besar di bandingkan dengan jumlah karagenan tidak dapat membentuk gel, karena menurut widjanarko gugus asetil pada konjak mencegah rantai panjang glukomanan untuk saling bertemu satu sama lain sehingga gel tidak dapat terbentuk.