Tepung Terigu dan Pemanfaatan Bonggol Pisang, Ubi Jalar, Kedelai di Jadikan Tepung Terigu


Siapa yang ga tahu sih dengan terigu.. pasti dari broosis sekalian sudah pada tahu bahan makanan yang sering di jumpai dengan mudah di pasar maupun warung warung kecil..Makanan yang berbahan baku terigupun begitu banyak yang mudah di temukan contohnya pisang goreng, gehu, bala-bala :) dan sebagainya. Apalagi kalo kalian sering membantu ibu kalian bantu masak di rumah bikin kue dan terkadang terigupun tidak hanya untuk keperluan makanan tetapi sering dipakai untuk acara teman atau sodara yang sedang berulang tahun sebagai kejutan untuk menghajar teman kalian yang sedang berulang tahun..

tepung

Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak di butuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di indonesia. Industri makanan berbahan baku terigu berkembang dengan sangat pesat di indonesia hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan produk terigu dari tahun ke tahun. Konsumsi terigu di indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah beras. Konsumsi terigu nasional setelah tahun 2011 sebesar 4,75 ton, terdiri dari 86 persen atau 4,7 juta ton produksi domestik dan 14 persen atau 679.000 ton dari impor (APTINDO ,2012).


Ketergantungan masyarakat indonesia terhadap konsumsi terigu yang tinggi merupakan masalah yang perlu segera di tanggulangi. Salah satu upaya yang dapat di capai adalah dengan mengurangi penggunaan terigu menggunakan beberapa campuran tepung atau yang sering di sebut tepung komposit. Tepung komposit yaitu tepung yang di buat dari dua atau lebih bahan pangan (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, 2009). Komoditas lokal dapat di gunakan dalam pembuatan tepung komposit adalah adalah bonggol pisang, ubi jalar dan kedelai.

Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi tanaman pisang pada tahun 2011 sebesar 6.132.695 juta sedangkan pada tahun 2010 sebesar 5.755.073, nilai ini meningkat sebanyak 6,56%. Berdasarkan data tersebut bonggol pisang yang di hasilkan cukup banyak, namun saat ini pemanfaatannya belum optimal. Produksi ubi jalar tahun 2011 sebesar 2,20 juta ton telah meningkat sebanyak 144,99 ribu ton (7,07%)  dibandingkan tahun 2010 sedangkan produksi kedelai tahun 2011 sebesar 851,29 ribu ton biji kering (Badan Pusat Statistik, 2012).

Pada umumnya pisang di tanaman untuk di ambil buahnya dan daunnya untuk pembugkus. Tanaman pisang hanya berbuah sekali seumur hidupnya sesudah itu batang dan bonggolnya di tebang dan di biarkan begitu saja. Bonggol pisang selama ini hanya di anggap sebagai limbah oleh sebagian masyarakat luas. Bonggol pisang yang di hasilkan di buang begitu saja dan sebagian masyarakat memanfaatkannya sebagai pakan ternak saja.

Bonggol pisang adalah salah satu komoditi yang perlu dikembangkan karena belum di manfaatkan secara optimal selama ini. Salah satu pemanfaatan yang dapat di lakukan pada bonggol pisang adalah dengan membuatnya menjadi tepung. Keunggulan bonggol pisang setelah di jadikan tepung adalah memiliki nilai serat yang cukup tinggi. Bonggol pisang yang digunakan adalah bonggol pisang jenis batu (Musa brachycarph) hal ini dikarenakan bonggol pisang batu mudah di temukan di daerah Jawa Barat.

Bonggol pisang batu memiliki tekstur yang keras dan warna daging bagian warna bonggol lebih putih. Warna yang di hasilkan tepung bonggol pisang batu lebih cerah dibandingkan tepung bonggol pisang jenis kapas. Selain bonggol pisang umbi jalar merupakan salah satu komoditas lokal yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pembuatan tepung komposit. Di indonesia pemanfaatan ubi jalar masih terbatas untuk bahan pangan dan sedikit untuk bahan baku industri pangan.

Akhir-akhir ini ada upaya untuk mengolah ubi jalar menjadi tepung untuk lebih memperpanjang umur simpannya. Tepung ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sebesar 85,68%. Ubi jalar yang digunakan adalah ubi jalar varietas Ase kuning, hal ini di karenakan mengandung karbohidrat yang tinggi. Ubi jalar varietas Ase kuning ini selain memiki kandungan karbohidrat yang tinggi ini mengandung betakaroten yang berfungsi sebagai antioksidan dan provitamin A Provitamin A ini dapat di ubah menjadi vitamin A di dalam tubuh.

Selain dua komoditas di atas komoditas kacang-kacangan yang dapat di gunakan dalam pembuatan tepung komposit adalah kedelai. Kacang kedelai memiliki prospek yang baik untuk di kembangkan karena mengandung protein yang tinggi. Kedelai yang digunakan adalah produksi dalam negri yaitu kedelai varietas Anjasmoro, karena memiliki protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 41,8-42,1% dengan intensitas bau langu rendah.

Kedelai selain memiliki protein tinggi mengandung serat dietary fiber, vitamin, mineral serta asam-asam amino esensial yang lengkap dan baik mutunya kecuali asam amino bersulfur yang merupakan faktor pembatas pada kedelai. Faktor pembatas seperti zat anti nutrisi atau racun dalam bahan tersebut. Protein kedelai merupakan satu-satunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial yang sangat di perlukan oleh tubuh. Asam amino esensial yang terdapat pada kedelai adalah triptofan, treorin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, fenilalanin, dan valin.

Ketiga tepung tersebut memiliki keunggulan baik dari sifat fisik, kimia dan fisikokimia sehingga jika di gabungkan menjadi tepung komposit akan memiliki kandungan gizi yang baik. Kandungan gizi yang di perkirakan terdapat pada tepung komposit ini adalah memiliki nilai protein yang tinggi yang di dapatkan dari tepung kedelai memiliki nilai karbohidrat dan serat yang tinggi di dapatkan dari tepung ubi jalar dan bonggol pisang. Pada tepung ubi jalar kuning didapatkan nilai serat sebanyak 3,31 % berat kering.

Pemanfaatan tepung komposit campuran tepung bonggol pisang, tepung ubi jalar dan tepung kedelai dalam produk pangan belum di ketahui secara tepat. Penggunaan tepung komposit yang tepat dalam bentuk adonan atau pasta sangat berkaitan dengan karakteristik fisikokimia tepung komposit tersebut. Fisikokimia tepung komposit ini berkaitan dengan beberapa sifat yaitu sifat amilografi, farinografi dan ekstensigrafi.

Semoga bermanfaat...!!!