Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen yang terpisah. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari bahan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut di uapkan. Pemilihan jenis pelarut yang tepat merupakan hal yang penting dalam proses ekstraksi karena akan mempengaruhi jumlah rendemen ekstrak yang di hasilkan. Pelarut yang digunakan terbagi menjadi 3 jenis yaitu pelarut yang bersifat polar, semipolar dan nonpolar. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, pelarut yang bersifat semipolar digunakan dengan maksud untuk mendapatkan komponen yang bersifat polar sekaligus nonpolar, sedangkan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar.
Polaritas pelarut sangat berpengaruh terhadap daya larut indikator kelarutan pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik dan nilai polaritas pelarut. Semakin besar konstanta dielektrik satu pelarut, semakin tinggi polaritasnya.
Berikut Nilai Konstanta Dielektrik Berbagai Zat Pelarut
Air di pertimbangkan sebagai pelarut karena murah, mudah di dapat, stabil , tidak mudah menguap tidak mudah terbakar, tidak beracun alamiah dan mampu mengekstraksi banyak bahan kandungan simplisia. Kerugian air sebagai pelarut adalah tidak selektif, diperlukan waktu yang lama untuk memekatkan ekstrak, sari dapat ditumbuhi kapang atau bakteri serta cepat rusak, sedangkan etanol di pertimbangkan sebagai pelarut karena lebih selektif, kapang dan bakteri sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, abrobsinya baik, dapat mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Selain itu etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Tahapan yang halus diperhatikan dalam mengekstraksi jaringan tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi, pemilihan pelarut dan kondisi proses ekstraksi, proses pengambilan pelarut, pengawasan mutu dan pengujian yang dikenal pula sebagai tahapan penyelesaian. Menurut parhusip partikel berukuran 20-40 mesh sudah cukup sesuai untuk proses ekstraksi. Sedangkan menurut dijen Pom metode ekstraksi dengan pelarut terdiri dari beberapa cara yaitu cara dingin dan panas.
Ekstraksi cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi, maserasi adalah proses ekstraksi bahan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan. pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan diluar sel maka larutan terpekat di desak keluar.
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Ekstraksi cara panas meliputi refluks, sokletasi, digesti, infundasi, dekok. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50 derajat celcius. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk mencari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperature sampai titik didih air yakni 30 menit pada suhu 90-100 derajat celcius.