Kesehatan manusia dapat terpelihara dengan baik apabila asupan nutrisi (protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin dan mineral) terpenuhi dengan baik serta memiliki kualitas dan kuantitas yang tepat, ketat, dan berkesinambungan. Salah satu alternatif bahan pangan alami yang bisa memenuhi asupan nutrisi untuk tubuh kita adalah spirulina. Dewasa ini spirulina banyak digunakan untuk mengatasi efek stress dan radiasi, memperbaiki gangguan lambung serta meningkatkan stamina orang berusia lanjut.
Kadungan Zat Gizi Per 100 Gram Spirulina, Nutritiondata,Astawan dan Andreas 2008 |
Berdasarkan data pada tabel spirulina mengandung vitamin A, C dan E yang berperan sebagai antioksidan. Selain itu terdapat pula vitamin B1 dan B2 yang baik bagi kesehatan. Menurut arisman 2009, vitamin B2 tidak dapat di simpan dalam tubuh dengan jumlah yang memadai sehingga di perlukan asupan dari makanan.
Protein spirulina kering dapat mencapai 72% dengan kandungan asam aminonya yang mengandung sulfur. Kandungan vitaminnya tinggi terutama vitamin B12. Nilai kecernaan pada tikus di laporkan sebesar 84% dengan nilai NPU 61% dan nisbah keefisienan protein 2,3% (pada kasein 2,5%). Kandungan asam nukleat dan proteinnya rendah dibandingkan dengan sumber protein mikroba.
Oleh karena itu spirulina dapat di konsumsi langsung oleh manusia tanpa penghilangan atau pengurangan kandungan asam nukleat (proses ini harus di lakukan apabila ingin mengkonsumsi protein mikroba). Kandungan asam amino spirulina di bandingkan dengan standar USFDA (United State Food and Administration) dan telur terdapat pada tabel :
Kandungan Asam Amino Spirulina Dibandingkan Dengan USFDA dan Telur, Kabinawa dan Sugiharto 2006 |
- Antioksidan Spirulina
Spirulina merupakan ganggang hijau-biru yang kaya akan antioksidan. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam spirulina sp. adalah enzim superoksida dismutase, karotenoida dan fikosianin yang semuanya dapat bekerja secara sinergis sehingga dapat di manfaatkan sebagai antioksidan dan suplemen kesehatan yang bernilai ekonomis tinggi.
Menurut belay 2002, aktivitas antioksidan ekstrak spirulina yang di larutkan dalam air adalah sebesar 19,39 ± 0,65 µmol ekuivalen dari asam askorbat. Berdasarkan pada tabel terdapat tiga senyawa antioksidan spirulina yang merupakan tergolong kedalam pigmen yaitu karotenoid, fikosianin dan klorofil a. Menurut astawan dan andreas 2008, pigmen berfungsi sebagai detoksifikasi atau pembersih racun , pengikat partikel-partikel bebas, antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri usus, meningkatkan hemoglobin (Hb) dan darah, serta meningkatkan zat putih darah atau limfosit.
Kandungan Zat Antioksidan Pada Spirulina, Kurniawan 2011 |
Karotenoid merupakan pigmen alami dan dikenal secara luas dari warnanya terutama warna kuning, oranye dan merah. Pigmen ini di temukan pada tumbuhan besar, ganggang, jamur, dan bakteri dalam jaringan fotosintesis maupun jaringan nonfotosintesis. Karoten dalam hal ini beta karoten merupakan salah satu senyawa antioksidan alami. Antioksidan berfungsi sebagai quencher singlet oksigen dan penangkal radikal bebas.
Ini tidak hanya terjadi dalam sistem fotosintesis tumbuhan, tetapi juga dalam tubuh manusia maupun hewan. Singlet oksigen adalah tingkat tenaga molekul O2 yang sangat reaktif, dapat menginisiasi peroksida lipid hingga terjadi reaksi berantai radikal bebas yang dapat mengoksidasi komponen sel lain, seperi protein dan DNA. Contoh yang sederhana kerusakan-kerusakan ini memicu penuaan dini pada manusia.
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa singlet oksigen yang berbahaya ini dapat di non aktifkan oleh beta karoten. Beta karoten juga mampu bereaksi dengan radikal bebas (R) dengan proses transfer muatan atau elektron. Pada reaksi ini akan di peroleh radikal bebas dari beta karoten yang relatif lebih stabil dan tidak memiliki energi yang cukup untuk dapat bereaksi dengan molekul lain membentuk radikal baru, Britton 1995.
Fikosianin merupakan salah satu dari tiga pigmen utama spirulina yang paling efisien untuk menangkap radiasi yang tersedia dari matahari dan memanfaatkannya dalam proses fotosintesis. Fikosianin mengandung magnesium dan besi sehingga fikosianin dianggap sebagai prekursor bagi klorofil dan hemoglobin, astawan dan andereas 2008. Pigmen fikosianin berwarna biru tua yang dapat memancarkan warna merah tua dan termasuk kedalam golongan biliprotein. Pigemen ini berfungsi sebagai penyerap cahaya pada sistem fotosintesis.
Kelompok pigmen ini diantaranya adalah R-phycoerythrin, C-phycoerythin, B-phycoerythin, allophycocyanin, R-phycocyanin, dan C-phycocyanin, ocarta dkk 1976. Spirulina juga kaya enzim superoksida dismutase (SOD) yang mampu mengikat radikal bebas. Enzim ini telah ada dalam tubuh namun memerlikan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan (Mn), seng (Zn), dan tembaga (Cu) agar bisa bekerja. Aktivitas enzim SOD memiliki peran penting dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat menyebabkan stres oksidatif, winarsi 2007.
Selain senyawa antioksidan tersebut di atas, spirulina juga mengandung senyawa antioksidan non enzimatis yang merupakan golongan vitamin yaitu vitamin C dan vitamin E atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air. Sebagai antioksidan vitamin C bekerja sebagai donor elektron, dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron kedalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler, winarsi 2007.
Vitamin E atau α-tokoferol merupakan antioksidan yang larut dalam lemak vitamin ini banyak terdapat dalam membran erittrosit dan lipoprotein plasma. Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal peroksil menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak, winarsi 2007.
Selain Se yang terkandung pada spirulina termasuk juga kedalam senyawa antioksidan. Banyak penelitian yang telah di lakukan sehubungan dengan peranan selenium di dalama tubuh manusia. Peneliti berpendapat bahwa selenium memiliki berbagai peran yaitu proses terhadap jaringan tubuh dari dampak negatif stress oksidatif, pemeliharaan, dan pertahanan tubuh terhadap infeksi, serta modulasi pertumbuhan dan perkembangan tubuh, astawan dan andreas 2008.